Rabu, 30 Januari 2008

Ketahanan Tanaman Karet


Analisis Genetika Pewarisan Sifat Ketahanan Tanaman Karet terhadap Penyakit Gugur Daun Corynespora
Genetic Analysis of Corynespora Leaf Fall Disease Resistance in Hevea Rubber*


Corynespora leaf fall disease (CLFD) caused by Corynespora cassiicola fungus is one of the most important diseases of Hevea rubber in Indonesia. The fungus infects rubber leaves of all ages of susceptible clones all year long irrespective of weather conditions. Chemical treatment to control CLFD rubber is not effective. The strategy to contol CLFD should be emphasized on the use of resistant plant materials. However, resistant rubber clones to CLFD tend to be broken by new virulent strains of the fungus. Therefore, the breeding program of Hevea rubber for CLFD resistance has to be directed to create new rubber clones carrying durable resistance character. The objective of the research was to study genetic inheritance of the resistance character of Hevea rubber to CLFD. F2 population, generated from F1 rubber clones of PR 255, PR 303, PB 260, RRIC 100, and RRIM 712, were analyzed at Balai Penelitian Karet Getas, Salatiga. The result indicated that resistance character of rubber to CLFD was controlled by two major genes. Genotypic models for the resistance traits were A-B-, e.i. AABB, AABb, AaBB and AaBb, the moderate genotype were AAbb and Aabb, and the susceptible ones were aa—, e.i. aaBB, aaBb or aabb. Recessive forms of A gene supressed the expression of the second gene B/b.

sumber : Hayati Journal of Biosciences

Jumat, 18 Januari 2008

Kemiskinan kehidupan pelajar

Sosok intelektual yang biasa dilekatkan kepada pelajar adalah minuman kaleng *

Pada musim gugur 1966, sejumlah mahasiswa yang setuju dengan pemikiran situationist bersama dengan Mustapha Khayati menulis leaflet yang berjudul "Dalam Kemiskinan Kehidupan Pelajar". Leaflet yang difotokopi sebanyak 10.000 lembar ini didistribusikan pada upacara pembukaan universitas awal Oktober 1966 dan berkembang pada sejumlah hal lain. Abraham Moles, seorang dosen dari mata kuliah Psikologi Sosial dibombardir dengan tomat busuk saat memberikan kuliah, mahasiswa kemudian bersama para pekerja melakukan aksi pemogokan besar-besaran di Strasbourg dan kota-kota lainnya.


18 bulan kemudian, sekelompok 'hooligan kampus' alias Les Enrages mengambil alih kampus universitas Manterrre. Dengan mengadopsi tesis Situasionis Internasional sebagai landasan aksinya, mereka membuat kekacauan ala parra pendahulunya di Strasbourg. Mereka menyabotase perkuliahan, menutup tembok tembok kampus dengan grafiti, mendistribusikan leaflet, serta melakukan aksi pemboikotan ujian semester. Hasilnya adalah simpul tali yang memulai revolusi Paris 68, yang memuncak pada malam tanggal 22 Maret saat mereka menguasai fakultas guna menghancurkan seluruh kertas ujian.

Tanggal 10 Mei, komite Enrages - Situasionis Intenasional, membuat kerusuhan massal di Rue-Gay Lussac yang dikenal dengan peristiwa 'Night of the Barricade'. Mereka menuntut pendudukan pabrik-pabrik serta menutupi tembok kota dengan grafiti. Tanggal 16-17 Mei, 'Konsil Untuk Mempertahankan Pendudukan' didirikan sebagai reaksi terhadap berdirinya 'Konsil Pendudukan Sorbonne' (SOC) yang bersikap hirarkis. Konsil yang baru didirikan tersebut menuntut pembubaran SOC sambil mempublikasikan poster, teks, telegram dan informasi lainnya tentang keadaan pendudukan. Walaupun demikian mereka tetap tidak pernah menjadi 'vanguard'.

Dimanapun di dunia, pelajar merupakan makhluk yang remeh, alasan-alasan mengapa mereka merupakan makhluk remeh tersebut sering disalah artikan sebagai refleksi dari suatu ideologi dominan yang tidak menganggap mereka.

Dimana alasan sebenarnya mengapa pelajar diremehkan dari sudut pandang ideologi apapun adalah karena mereka selalu tertindas dan tidak pernah mau mengakuinya. Para partisan oposisi palsu (dalam bentuk partai politik, organ pelajar ataupun label-label kemahasiswaan lainnya) melihat ketertindasan pelajar tersebut, namun terjebak dalam tulisan-tulisan impoten tentang kebangkitan pelajar yang diikuti reaksi organisasi birokratis untuk kemudian berlomba-lomba memberikan dukungan 'moral dan material' pada masing-masing jagoannya. Pelajar kembali terjebak dalam kesalahan yang telah berulang-ulang dilakukan oleh organisasi-organisasi birokratis maupun oleh pelajar sendiri, yaitu menolak merendahkan diri dari label-label semu.

Sampai saat ini analisa serta studi tentang kehidupan pelajar tidak melupakan isu paling mendasar, tidak ada satupun yang melewati sudut pandang spesialisasi akademik seperti aspek ideologis, akademis, ekonomis, dan lainnya dimana kesemuanya secara fundamental adalah keliru. Sebelumnya perlu diketahui bahwa pernah terdapat suatu 'methodical myopia' yang mencoba mempertanyakan hal-hal fundamental tersebut namun melupakan relasinya dengan keadaan masyarakat pada saat tersebut. Kecenderungan untuk memuja fakta-fakta telah menopengi esensi dari kategori secara mendasar, sehingga kita tidak dapat melihat detil-detil kecil disekitar kita secara keseluruhan. Segala sesuatu dalam masyarakat telah dijelaskan kecuali tentang apa sebenarnya masyarakat itu sendiri. Sebuah masyarakat yang didominasi komoditas dan tontonan besar.

Para sosiologis seperti Borderon dan Passideu dalam studi mereka, 'Les Herites: Les Studiants Et Las Culture' masih gagal meskipun berhasil mendemonstrasikan beberapa pencapaian. Segala niat baik mereka kembali jatuh pada moralitas keguru besaran ajaran etika Kent, tidak terhindarkan terutama mengenai 'demokrasi melalui sistem pengajaran yang rasional' alias mengajari sistem agar secara rasional dianggap demokratis. Sementara pengikut-pengikut yang percaya dengan hal tersebut seperti para maniak serikat pekerja mengkompensasikan kebencian mereka terhadap para birokrat yang menggunakan adonan dari segala frase revolusioner yang sudah ketinggalan jaman.

Pertunjukan besar dari kapitalisme modern memberikan peranan spesifik pada setiap individu menjalankan peranan kepasifan dimana pelajar tidak terkecuali berada didalamnya.

Menjadi pelajar merupakan peranan sementara, sebuah latihan bagi peranan dikemudian hari sebagai elemen konservatif dalam memfungsikan sistem komoditas. Menjadi pelajar hanyalah merupakan suatu inisiasi. Inisiasi yang secara ajaib mampu membuat pelajar terpotong dari realitas sejarah, sosial dan individual. Pelajar menjalani kehidupan paralel dimana mencoba menyeimbangkan antara statusnya sekarang dan statusnya dimasa yang akan datang (yang ditolaknya dengan kasar).

Keadaan schizophrenic ini menyebabkan pelajar kembali ke grup inisiasinya (seperti biar sudah lulus, tetapi setiap hari masih nongkrong di kampus), menikmati keberadaannya sekarang dan mencoba melupakan masa depan. Adapun demikian tidak perlu terkejut bila suatu saat nanti dimana akan datang pelajar menolak menghadapi aspek-aspek ekonomi dalam kehidupannya.

Pada saat ini dimana banyak anak muda membebaskan diri dari belenggu moralitas dan kewibawaan keluarga yang mengikat, para pelajar masih terus berkutat dengan masa kecil yang berlarut-larut. Tetap masih menerima diperlakukan seperti bayi oleh institusi-institusi yang mengawasi serta mengendalikan kehidupannya sehari-hari. Kemiskinan pelajar merupakan ekspresi kasar dari penjajahan wewenang dalam kehidupan sosial masyarakat, sebuah proyeksi rasa bersalah masyarakat terhadap usaha penopengan 'penghambaan' pelajar terhadap sistem. Dalam tulisan ini, pelajar juga dituduh sebagai pembohong, bukan saja terhadap kemiskinannya sendiri, tetapi juga karena berpuas diri dengan segala bentuk kemiskinan disekitarnya. Pelajar berkubang dalam keterasingannya dan berharap dari ketidak tertarikannya akan membangkitkan suatu ketertarikan. Kebutuhan kapitalisme modern saat ini adalah kader-kader rendahan dan siapa lagi yang akan mengisinya kalau bukan pelajar.

Kenyataan bahwa mereka miskin ditutup-tutupi dengan kompensasi ilusi-ilusi glamour tentang masa depan, sebuah kompensasi yang sangat menggelikan karena masa depan akan sama suramnya dengan keadaan saat ini. Pelajar menjalani kehidupan yang tidak nyata, dia juga budak yang sangat bodoh. Semakin dirinya diikat oleh berbagai macam otoritas, semakin dia merasa dirinya bebas. Keluarganya yang baru adalah universitas, sekolah. Ia merasa dirinya makhluk paling independen tapi pada kenyataannya ia sangat patuh terhadap sistem. Dua hal yang sanagt mempengaruhinya adalah sistem keluarga dan negara, dimana pelajar adalah merupakan produk yang harus berterima kasih kepada dua sistem tersebut. Logikanya pelajar menerima semua persoalan dan nilai-nilai yang ditawarkan oleh sistem dimana dalam kepalanya ditanamkan ilusi-ilusi menjadi pekerja kerah putih seperti umumnya didambakan oleh kader-kader rendahan. Sebagai makhluk 'berideologi' pelajar selalu datang terlambat, nilai dan antusiasisme yang didamba-dambakannya dalam padangan sempitnya sudah lama dianggap dunia sebagai bahan tertawaan.

Lama sebelum hal tersebut, universitas (apalagi universitas negeri) merupakan sebuah prestise dimana pelajar merasa beruntung diterima disana. Tetapi ia telah terlambat, pendidikan spesialisasi mekanikal yang diterimanya telah mengalami degradasi, demikian juga semua level-level intelektual yang diharapkannya. Masyarakat modern menuntut produksi massal, dimana pelajar dididik untuk tidak berpikir, universitas telah menjadi organisasi institusional yang tidak diperhitungkan. Terdegradasi dari kebudayaan tinggi menjadi pabrik yang mencetak profesor-profesor lewat ban berjalan. Para pelajar terlalu tak berwawasan untuk menyadari hal tersebut, terus menerus mendengarkan ocehan masternya, yakin akan menjadi siswa yang baik apabila mengabdikan diri mempelajari hal-hal yang serius, dengan harapan suatu saat profesor-profesornya akan memberikan kebenaran sejati dunia.

Semua hal tersebut adalah sungguh tanpa semangat! Masyarakat revolusioner dimasa yang akan datang harus mengutuk semua auditorium, kelas, dan ruang kuliah sebagai polusi verbal belaka, dimana pada saat itu kata 'pelajar' sudah menjadi sekedar lelucon.

Krisis universitas yang terjadi hampir di seluruh dunia, hanyalah sebuah detail kecil dari krisis kapitalisme modern secara keseluruhan, dimana hal tersebut menjadi perdebatan idiot-idiot dalam spesialisasi bidang ilmu yang tidak tahu bagaimana menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk menempatkan dirinya dalam perubahan aparatus produksi secara menyeluruh. Hal yang sama busuknya dilakukan juga oleh apa yang dikenal dengan para modernis kiri, dengan menjual gerakan-gerakan sok radikal misalnya tentang reformasi struktural universitas yang pada intinya adalah tentang mentransformasikan universitas menajdi pabrik untuk menyuapkan ideologi (dalam hal ini apalagi kalau bukan ideologi kiri) secara paksa dengan akselerasi tinggi untuk mendapatkan kader rendahan.

Hal tersebut sangat jauh dari proses sejarah yangs eharusnya mengebawahkan kepentingan label-label tertentu untuk menuju sektor sosial yang swatantra menentang sistem komoditas.

Karena kemiskinan yang akut, pelajar terkutuk untuk melakukan bentuk survival tingkat rendah dan bangga akan hal tersebut, ia membanggakan kefakir miskinannya, dimana membuat-buat kebajikan dari kejorokannya serta kegembelannya dengan menyebutnya sebagai gaya 'bohemian'. Hal tersebut tidak memberikan solusi apa-apa, pelajar bersikeras bahwa seseorang dapat hidup dari gaya bohemian, tetapi lucunya hal tersebut tidak dapat dilakukan diluar pergaulan lingkungan kampus. Kegampangan menerima dari pelajar dalam rekruitmen bagi tujuan-tujuan 'radikal' menunjukan impotensinya.

Sementara dengan munafik mengutarakan kebenciannya kepada rekan-rekannya yang gila kerja, ia sendiri melakukan kegiatan-kegiatan tidak perlu yang sudah sangat ketinggalan, padahal ia ingin menunjukan potensi (yang tidak dimilikinya) kepada dirinya sendiri. Pelajar merupakan makhluk tolol yang lebih menderita lagi sehingga ia menyerahkan dirinya secara sukarela kepada kegiatan-kegiatan kesatuan mahasiswa (keluarga mahasiswa, himpunan, jurusan, dan lain sebagainya) yang mana merupakan polisi kontrol untuk memenangkan 'label-label pelajar'.

Pelajar hanyalah penonton dari kebudayaan modern karena tidak memiliki akses untuk masuk ke tempat 'suci kebudayaan' yang sebenarnya. Dalam masa dimana seni sudah mati, pelajar tetap menjadi pelanggan setia klub-klub teater, gedung-gedung pertunjukan ataupun terlibat dalam 'kegiatan seni kontemporer' yang justru malah membuat mereka kelihatan seperti monyet sirkus. Ia memuja rangsangan impoten polemik selebritis-selebritis tidak berintelejensi seperti Satre-Goddard-Foucault dan lainnya yang menopengi masalah sesungguhnya dengan memperpanjang lebarkan kesalahan seperti eksistensialisme-humanisme-postmodernisme serta bangkai-bangkai busuk lainnya yang sebenarnya didisplay bagi ibu-ibu rumah tangga.

Ketika 'tuhan-tuhan' produksi mengorganisasi tontonan besar berbentuk manusia diatas panggung, pelajar adalah publik utamanya. Bagi pelajar manusia-manusia diatas panggung tersebut adalah sempurna. Mereka adalah idola yang massanya adalah pelajar dalam tontonan yang paling menyedihkan. Pelajar memiliki dunia yang sempit sehingga keitka terjadi forum diskusi, misalnya tentang 'pemikiran marxis' yang terjadi adalah monolog yang dilakukan oleh siapa lagi kalau bukan oleh pelajar sendiri. Pelajar selalu merasa dirinya adalah avant garde dila ia telah membaca buku-buku 'post-modern' terbaru atau aktif dalam diskusi-diskusi intelektual, dalam dunianya yang sempit merasa pengulangan hal-hal lama dalam bungkusan yang baru adalah merupakan sebuah revolusi budaya.

Satu hal yang pasti dan dianggap prinsipil adalah menjaga statusnya sekarang, dan untuk melakukan hal tersebut ia merasa perlu membeli teks-teks sulit yang saat ini dengan cepat disebarkan oleh apa yang disebut kebudayaan massal. Bacaan-bacaan favorit pelajar adalah surat-surat kabar yang 'sedikit sulit' (atau malah sangat sulit karena ternyata ia tidak membacanya dan terlalu kagum leihat teks-teks tersebut) dengan harapan diberikan pengertian akan dunia modern ini.

Partisipasi politik pelajar kembali terjebak dalam pertunjukan besar yang sama, mereka mencari-cari diantara puing-puing yang telah dihancurkan oleh para reformis dan kontra-revolusioner dimana universitas selalu menjadi ladang perburuan utama bagi organisasi-organisasi birokratis sekarat untuk memperoleh massa. Birokrat-birokrat totaliter tersebut adalah pemrograman kemungkinan-kemungkinan politis pelajar.

Sikap 'muda' pelajar lebih kuno dari rezim yang memerintah mereka pada saat ini yang lebih menguasai kebudayaan modern hingga bisa mengatur pelajar.

Pelajar adalah produk kebudayaan modern sebagaimana halnya Coca Cola, ia meredefinisikan, mengidentitaskan serta menyembunyikan kenyataan dirinya tidak memiliki apa-apa dengan membangkitkan kesadaran palsu bahwa ia memiliki segalanya dibalik label pelajar.

Sebuah pandangan mengawang tentang dunai untuk meminjam makna sehingga dapat melakukan segala aktifitasnya yang pada intinya tidak berguna sambil tidak mau mengakuinya. Hasilnya adalah pemujaan terhadap nilai-nilai kadaluarsa seperti religiusme pra-sejarah yang sudah membusuk dan dipercaya dapat memperkaya diri dan zamannya.

Dalam zaman dimana masyarakat modern tidak lagi mau disuapi dan mencari, kaum muda harus mengambil tempatnya. Kritik terhadap kebodohan pelajar hanya bisa dilakukan lewat pemberontakan!!!

* Alih bahasa dari leaflet berjudul 'On The Poverty Of Student Life'...

Praksis Menjadi Hidup

R. Budi Hartono

Teori, fakta aktual, dan destruktif *

Berbagai hal yang telah terjadi disekitarmu atau yang sedang terjadi akan merujuk secara eksklusif kepada para pekerja. Apapun itu. Entah logika ini sebagai sebuah progress dari segi intelektual ataukah semacamnya?? Atur sendiri-lah artinya.

Entah apa yang bisa didapatkan jika aktivitas sosial masyarakat ini menjadi bahan studi, seminar, penelitian, dan yang serupa-lah. Untuk mengetahui asal-usul mungkin??atau mempelajari bagaimana cara memproduksinya kembali dengan sentuhan ide yang sering disebut kreativitas??? Namun bukan suatu masalah yang berarti bagi kalian yang memang berpikir bahwa studi itu (melulu) candu.

Kenapa para pekerja??. Sebab tak ada seorangpun kecuali mereka yang secara langsung terlibat dalam proses produksi sanggup untuk memecahkan ikatan dominasi komoditas. Sanggupkah para pekerja tersebut??, atau pernakah mereka di pandang sebagai kesatuan personal dari individu masing-masing?? Sebab para pekerja yang bersikap tunduk dan patuh kepada serikat buruh atau partai politik adalah tak lain hanya sebagai para budak yang dungu, merespon secara aktif untuk menguatkan seluruh sistem yang justru menekan mereka.

Lebih dari sepuluh tahun terakhir terus meningkat dimana para pekerja “kucing buas” yang radikal sering memberikan serangan dan telah mengguncangkan dominasi borjuis birokratik, namun (mungkin) belum berhasil merobohkannya. Pergerakan perlawanan tersembunyi ini telah membuat kaum tani sadar akan kapitalisme yang terus meningkatkan dominasinya ke semua aspek dan tingkah laku manusia dan tentang sifat alami dari dirinya sendiri. Dan Itu juga telah membuatnya sadar akan kekuatan sendiri dan tentang kemalangan yang tidak bisa dipisahkan dari sistem komoditas dan status.

Di dalam pembangkangan ini kita dapat juga melihat permulaan suatu gaya hidup oposisi yang kejam terhadap survival yang mana dunia sekarang membagi kemiskinan secara meluas. Pergolakan ini terdiri dari fragmentasi (terpisah-pisah) dan sering juga mengacaukan reaksi, sebagai akibat dari keinginan yang secara spontan untuk menghapuskan pekerjaan, pengorbanan, ekonomisme, kebosanan, batasan, pemisahan, dan tontonan; tetapi bagaimanapun pemencaran dan reaksi terasing mungkin terjadi, mereka sedang membangun pondasi untuk suatu masyarakat baru: masyarakat yang mengatur diri sendiri secara total.

Dalam sudut pandang manusia yang berbudaya konsumsi jaman ini masyarakat sosial dapat dipahami melaui pendapatan (gaji atau income), kebudayaan, aspirasi, dan mimpi. Benar memang bahwa kapitalisme mutahir telah memenuhi dunia. Namun dilihat dari levelnya, terdapat perbedaan bersifat peningkatan yang tetap berasal dari sumber yang sama. Jika sekelompok manusia telah mengenal “waktu senggang” dan betapa senangnya berpetualang dan traveling ke berbagai negara didunia, maka dengan sendirinya berlakulah “bekerja makin giat”. Yang tidak sedikit pula yang membawa sugesti ini menjadi motto hidupnya (yang menyedihkan); “bekerja giat, konsumsi berat”.
Dan masih dalam level konsumsi tentunya, karena kepercayaan bahwa aspirasi dan bahkan mimpi sebagian besar orang tak dapat diwujudkan disebabkan karena tidak adanya pendapatan. Pragmatik ini memang terjadi (mungkin kalian juga merasakannya) dimana proses provokasi terjadi disaat masyarakatnya dalam kondisi jenuh, bosan, lelah, dan dalam kondisi bawah sadar. Proses penyampaian pesan provokasinya bukan mengenai “kapitalisme itu indah” tetapi kurang lebih; “manusia akan merayakan hasil dari pekerjaan maka kalian juga harus melakukan hal yang serupa”. Sehingga yang terjadi hanya menjadi rekuperasi dari ketangguhan proletar bukan menjadi sekedar evolusi progress.

Konstruksi dari ‘total self – management’ harus bekerja keras untuk memberi koherensi yang lebih besar pada cakupan dari reaksi rebellious ini. Hal ini sekarang telah dikembangkan langsung ke intinya yang mana harus meneliti kembali dari mana asal- usul pergerakan tersebut, pergerakan insurreksionari dari para pekerja.

Mulai sekarang sukses atau kegagalan konstruksi ini tergantung pada mereka yang dibidangnya, pabrik-pabrik, gudang, toko, dan jaringan transportasi yang memegang dan menjaga nasib komoditas di tangan mereka. Mereka dapat mengembalikan buah-buahan bumi dan industri untuk manfaat bagi semua orang, atau mereka dapat lanjut bekerja untuk melawan diri mereka sendiri dan semua orang selain dirinya dengan membiarkan kapitalisme melanjutkan tugasnya untuk menyebar polusinya.

Suatu perubahan bersifat menentukan adalah yang menjadi bentuk. Yang (mungkin) kita perlukan hanya mempercepatnya dengan menyediakan efektivitas yang lebih besar dan praktikal koherensi. Karena untuk menunggu lebih lama lagi akan menjadi sebuah kemalangan, atau lebih buruk lagi, suatu kesalahan historis, yang mana semua air dalam samudera tidak akan pernah mencukupi untuk menyeka kekotoranya.

Seandainya saja setiap kondisi lebih menguntungkan. Teknologi perbelanjaan adalah yang ada di penjualan kita - jika kita mampu membalikkannya untuk melawan terhadap mereka yang telah memanfaatkan kita, segalanya adalah mungkin dan tidak ada satupun yang berupa kayalan. Tidak pernah ada survival berkuasa secara meluas, dan tidak pernah diprovokasi sepenuhnya oleh resistansi. Tidak pernah sebuah status mempunyai makna lebih dari sekedar pemalsuan pada penjualannya, dan tidak pernah mempunyai arti yang lebih peka kepada kebenaran yang paling sederhana sekalipun. Tidak pernah mempunyai sistem komoditas yang secara menyeluruh mengkondisikan orang-orang terhadap uang, kuasa dan penampilan, dan tidak pernah memberi kesempatan agar orang-orang mampu bangkit untuk menghancurkannya dengan kejelasan yang jernih, kemarahan hati, kreativitas dan hasrat.

Jika, setelah semuanya ini, para pekerja tidak memutuskan untuk menjalankan hidup mereka untuk diri mereka sendiri dan untuk mendorong kepada kesimpulan mereka terhadap pergolakan sosial yang digembar-gemborkan oleh serangan para “kucing buas” dalam pengambilalihan factory, maka mereka – juga termasuk yang tidak memahami dan yang tak mau memahami makna tersebut - cenderung masuk ke dalam manajemen total yang lain lagi, kepalsuan gagasan tentang surga, berakting kembali seperti sang messias yang turun ke bumi untuk mengkhotbahkan dan menyelamatkan organisasi kaum tani, melanjutkan tradisi yang terbaik dari sederet idola dunia antara lain; Lenin, Trotsky, Mao, GarcĂ­a Oliver, Fidel Castro, Che Guevara, dan para birokrat macho lainnya.

Terlalu lama revolusi tertinggal di gerbang benteng kebosanan, dikota besar yang terpolusi, istana kita dari plester semen. Manusia telah tunduk cukup panjang untuk bekerja, tunduk pada para pemimpin, pada waktu yang sia-sia, menderita, penghinaan, kepalsuan, polisi, boss, pemerintah. Ketidaksabaran yang ditindas berkepanjangan berakhir dengan provokasi kekerasan, terorisme, penghancuran diri. Mungkin lebih baik berbagai hal dilakukan untuk menyelamatkan diri sendiri dari kondisi masyarakat yang sedang melakukan bunuh diri dibanding untuk menjadi kamikaze dan melawan terhadap resimen polisi, para uskup, sekelompok boss, khalayak massa, dan negarawan. Tetapi dengan berlalunya hidup yang tanpa bernyawa adalah lebih buruk dibanding kematian. Perjuangan terakhir telah berlalu cukup lama. Manusia memerlukan kuasa untuk berkehendak, sekarang!

Teks ini merupakan suatu usaha sebagai media untuk bereaksi terhadap permasalahan yang akan diajukan oleh transisi dari pola masyarakat konsumsi menjadi masyarakat pengatur diri sendiri secara total. Memulai dari hal yang terkecil, dengan ungkapan bebas tentang ketidakpuasan dan meminta dengan tegas terhadap signifikansi masing-masing, sebab penting bahwa familiar akan menjadi sangat dikenal jika individu menginginkan apa yang akan dibangkitkan dari kehidupan sehari-hari untuk kembali kepada hal tersebut dalam rangka untuk memperkayanya secara permanen. Kemampuan untuk memahami satu persatu tindakan tertentu yang perlu dilakukan pada langkah-langkah yang berbeda dari tindakan masing-masing individu - sabotase kecil-kecilan atau pembangkangan; pada waktu serangan “kucing buas” atau pada waktu pengambilalihan tempat kerja atau mungkin yang paling sederhana; mencuri waktu. Tetapi mungkin tak perlu pula untuk membayangkan seperti apa kelak jadinya masyarakat yang dapat mengatur diri sendiri, dan suatu masyarakat yang berdasarkan pada pemenuhan hasrat dan keinginan dari tiap-tiap individu. Berusaha untuk menciptakan mungkin jauh lebih menyenagkan daripada sekedar berangan-angan.

Adanya catatan tak bisa terhindarkan yang berisi kelemahan, keraguan, dan bahkan salah mengira atau tafsiran keliru terhadap konsepsi ini mungkin saja terjadi, akan tetapi radikalisasi mereka adalah tidak terbantahkan. Kebijakan jasa mereka telah dibahas, tetapi bukan oleh gertakan intelektual yang hanya mampu meningkatkan keberatan abstrak. Satu-satunya tujuan dari catatan tersebut diharapkan untuk didiskusikan dengan segera, di tempat kerja yang merupakan momen yang mudah meledak. Pada saat momen seperti; ketika mereka dilatih, dikoreksi, dan dikomunikasikan oleh semua fungsi yang rata-rata sekarang dimonopoli oleh para boss, para manajer, dan birokrat perserikatan (mesin telex, mesin fotocopy, radio, PA sistem, printshops dan lainnya), mereka akan memberi kohesi kepada roh insureksi dan menghapus keraguan dan penundaan, yang sangat sering membuktikan fatalnya momen pertama suatu revolusi. Di dalam situasi melakukan, para pemimpin akan dihadapkan pada wajah statis alasan historik bahwa mereka lebih takut – melebihi yang lain-lain - ketika para proletar menyatakan siap bertempur dan mengambil alih.

*Sumber ; kurir 0881-Pelacul unggul


Kamis, 17 Januari 2008

Kemelut Tahu Tempe Indonesia

Sekarang lagi pada heboh orang bicarakan kacang kedelai dan demo masalah tersebut, kalau kita cermati, semuanya mengarah bagai mana pemerintah?
saya tidak anak mengulas masalah kacang kedelai, tapi saya akan kasih gambar masakan tahu tempe hehe........

sumber gambar: koki cantik






bacem.





keringtempe.





keringtempeterikacang.





pepestahu.





tahubakwan.

Selasa, 15 Januari 2008

Kisah Mandor Bangunan

Kalau ditanya pada Bahrun Romelan, apa rahasianya bisa sukses menjadi pemborong tukang. Jawabannya sangat sederhana, Belajarlah untuk bisa jadi yang lebih bagus lagi, ujar Bahrun dengan polosnya. Kedengarannya memang klise, tapi itulah kenyataannya lika-liku pekerjaan pria kelahiran Purwodadi ini. Memulai pekerjaan di bidang bangunan, pertama kali di kampungnya Purwodadi sebagai administrasi teknik di perusahaan konstruksi, Waktu itu hanya mengantar-ngantar barang," kenangnya. Meskipun hanya terkesan hanya orang suruhan saja, dia banyak mencuri ilmu dari atasannya. Alhasil dia pun mulai dipercaya dan jabatannya naik menjadi pembantu pelaksana lapangan. sekitar 3 tahun dia lakoni pekerjaan itu, dia mulai berpikir, "Adik-adik dan saudara saya kok gak bisa ikut kerja juga yah," ujarnya. Jawabannya karena dia hanya seorang pelaksana saja, makanya dia tidak bisa memasukkan adik-adiknya dan saudaranya ikut serta bekerja. Karena keinginannya itu pun membuat dia banting stir menjadi mandor. "Waktu itu ada proyek dari satu kontraktor untuk bikin bendungan sungai di kampung," ujarnya. Itulah pertama kali dia menjadi mandor bangunan, yang membuat dia berhasil memboyong adik dan saudaranya ikut bekerja dengannya. proyek demi proyek pun mulai mengalir padanya. Tapi lagi-lagi keinginan untuk mencapai yang lebih bagus lagi, membuat dia berpikir untuk kenapa tidak merantau ke Jakarta, yang terkenal dengan banyak pembangunan. "Kalau hanya di kampung hanya proyek-proyek musiman," kenangnya. Gayung pun bersambut, temannya yang bekerja di Jakarta sebagai supir mengajaknya mengadu nasib di Jakarta, dan ternyata bos temannya adalah seorang kontraktor. Tahun 1981, dia pun pergi ke Jakarta dengan bermodalkan hanya 400.000 ribu di dompetnya. Melalui temannya di pun dikenalkan pada bosnya di PT Karpa Usapamindo kontraktor proyek pembangunan perumahan, akibat perkenalannya dengan kontraktor itulah dia mulai mendapat borongan proyek. "Karena bos puas dengan hasil kerjaan saya makanya saya dikasih 3 proyek lagi oleh bos saya," ujarnya. Dan perlahan-lahan namanya pun semakin harum di kalangan kontraktor perumahan. Sekarang saja dia sedang menangani 4 proyek bangun rumah. Proyek di pondok Indah ada 2, lalu di BSD dan ada juga proyek di Bogor. Tapi kalau ditanya pada dirinya, pekerjaan ini menghasilkan apa. Pria lulusan STM ini tidak mau bermegah diri, Yang penting saya bisa memperkerjakan adik-adik saya dan saudara saya, ujarnya penuh kesederhanaan. Padahal kalau dilihat dari keuntungannya, penghasilannya lumayan besar. Apalagi kalau proyeknya itu mempunyai sisa uang borongan, Kalau efisensinya bagus bisa dapat sisa 20 jutaan, ujarnya. Bayangkan saja kalau dia berhasil efisien dan ada 4 proyek.

Tapi keberhasilannya semua itu bukan hanya didapat dengan mudah, pria yang kehilangan putranya akibat kecelakaan ini pun mengungkapkan bahwa dia tak segan-segan untuk belajar dengan siapapun. Pernah dia belajar dari arsitek yang mebuat gambar proyeknya,Mendingan ngaku gak tahu tapi diajarin caranya baca gambar, jujurnya. Suatu waktu, dia pun juga pernah bertanya pada anak buahnya yang telah jadi spesialis tukang batu, tentang hal yang belum dia kuasai. Sekarang pun dia tak pernah lelah untuk belajar, sekarang pun dia berlangganan majalah interior. Agar dia bisa mengetahui perubahan mode arsitektur perumahan, Agar gak ketinggalan jaman, kilahnya. Sekarang pria yang punya 2 anak perempuan ini pun punya cita-cita mengkuliahkan anaknya di Jakarta. Dan keinginannya yang tak belum kesampaian adalah bersama dengan istrinya menunaikan ibadah haji sebagai umat yang taat pada Pemiliknya,Doain aja yah mas, saya bisa, katanya penuh harap. Kenapa gak sekalian aja jadi kontraktor, Pak.

*Sumber. manusia kardus

Teknologi Informasi di CTLC

Unlimited Potential*

Program Unlimited Potential (UP) merupakan sebuah inisiatif global Microsoft yang diimplementasikan diseluruh dunia sejak tahun 2003. Dalam program ini, Microsoft bekerja sama dengan berbagai lembaga non-profit untuk menyediakan sarana pelatihan dan pembelajaran jangka panjang bagi masyarakat yang memiliki keterbatasan, melalui Community Training and Learning Centre (CTLC). Masyarakat dapat mengakses informasi, dan memperdalam pengetahuan dibidang Teknologi Informasi di CTLC.

Unlimited PotentialTujuan utama program Unlimited Potential adalah untuk mengurangi kesenjangan digital bagi masyarakat yang memiliki keterbatasan. Hal ini sejalan dengan target pemerintah melalui kesepakatan yang ditandatangani pada World Summit on Information Society (WSIS) di Geneva untuk memberikan akses kepada 50% penduduk Indonesia pada tahun 2015.

Program UP di Indonesia pertama kali diluncurkan di Indonesia tanggal 23 Oktober 2003. Hingga saat ini, Microsoft Indonesia telah bekerjasama dengan 7 lembaga non-profit yaitu : Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), Forum Daerah, Yayasan Mitra Mandiri, Yayasan Mitra Netra, dan LPPM Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Yayasan Mitra Kesehatan dan Kemanusiaan. Ketujuh lembaga tersebut berperan sebagai koordinator untuk mengelola 33 CTLC di seluruh Indonesia.

Melalui pelatihan yang didapat di CTLC, diharapkan masyarakat dapat membuka wawasan mereka seluas-luasnya melalui akses informasi dan meningkatkan keahlian mereka di bidang Teknologi Informasi. Keahlian ini kemudian dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup, memperbaiki keadaan sosial dan ekonomi juga memperkuat daya saing masyarakat.

*Sumber ; microsoft.com

Sabtu, 12 Januari 2008

Pengaruh,Hati Nurani Terhadap Karakter dan Kepribadian

Oleh. R.Budi Hartono

Pada kehidupan sehari-hari kita sering memadukan kehendak yang cenderung di dorong karakter kepribadian kita sadar tidak sadar, pada integrasi itu terdapat pengaturan oleh hati nurani manusia, karena hati nurani ini berfungsi sebagai pengemudi dan hakim terhadap segala bentuk tingkah laku dan pikiran manusia. Hati nurani berfungsi pula sebagai pengontrol yang kritis, karenanya mausia selalu diperingatkan agar selalu bergerak dalam batas-batas tertentu yang tidak boleh dilanggarnya. Berdasarkan norma-norma konvensionil yang ada.

Hati nurani juga menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap segala tingkah laku dan berani menanggung resikonya. Yaitu berani mengaku salah jika dirinya ada pihak tidak benar, berani minta maaf atau ampun dan sanggup memperbaikinya. Dengan demikian akan tercapai kepribadian yang matang, yang benar-benar terintegrasi dan mempunyai rasa tangung jawab yang tebal, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan dan sumber utama kehidupan ini.

Dalam kehidupan sosial ada norma-norma dan aturan-aturan tertentu yang memberikan arah bagi tingkah laku manusia. Peraturan-peraturan ini didasarkan atas nilai-nilai kesusilaan yang baik. Jika orang tidak mengikuti norma-norma tersebut, akan timbul padanya rasa penyesalan. Dengan demikian ada kesadaran pada nilai-nilai tersebut dan ada sikap yang membenarkan atau sikap mengadili dengan satu penolakan. Kesadaran bahwa dirinya telah berbuat salah, rasa penyesalan dan kecenderungan untuk mengadakan pembetulan secara susila itu menjadi tenaga pendorong yang amat kuat bagi realisasi diri dan transendensi diri.

Dengan demikian hati nurani manusia itu menjadi instansi yang menentukan norma-norma. Lalu timbul rasa berslah, timbul kepedihan hati dan tumbuh kecenderungan bereaksi untuk membetulkan diri oleh hati nurani ini orang bertindak sesuai dengan norma-norma kebenaran tadi, agar tercapai ketenangan jiwa. Sebab, melawan atau menetang secara khronis dan terus menerus kepada hati nurani itu menyebabkan perpecahan pribadi, lalu timbul banyak konflik-konflik bati dan ketegangan-ketegangan, dan pada ahirnya meletus menjadi ganguan jasmani dan rohani.

Justru pada saat penuh krisis yang amat menetukan bagi kehidupan manusia, hati nurani itu sangat besar peranannya, dan sangat menentukan sifatnya. Lingkungan memang memberikan syarat-syarat tertentu bagi kebebasan tingkah laku manusia. Tetapi lingkungan tidak bisa menguasai hati nurani yang murni dari manusia. Karena hati nurani berfungsi sebagai pengontrol dan sifatnya murni kreatif, serta bisa menimbang tingkah laku manusia pribadi sendiri, maka berlakulah proses pembentukan karakter. Dalam proses pembentukan watak atau karakter ini penting sekali peranan hati nurani disamping mekanisme regulasi dan integrasi.

Jumat, 11 Januari 2008

Kekuatan Iman

Oleh R. Budi Hartono


Ketika banyak sisi di bidang kehidupan dan jasa ujung-ujungnya adalah uang, maka uang menjadi ukuran. Ketika kunci kuasa dan jabatan menjadi jaminan dan pegangan, maka kejahatan, kebusukkan serta pelanggaran kesopanan dan kesusilaan dipandang biasa dan lumrah. Buktinya? Di mana-mana, kenyataan ini mudah kita temukan. Tatkala "tidak kenal, maka siapa lu?", "Emangnya gue pikirin?" lebih melanda daripada bela-rasa, empati, simpati dan cinta kepada sesama, maka orang lain dipandang tetap sebagai "orang lain". Begitu juga, ketika tawaran hidup begitu menggoda: uang, kekuasaan dan kenikmatan daging.

Di sisi lain, karena malu bersikap jujur, tidak berani menyuarakan kebenaran dan mengikut arus, maka pengaruh dan daya tarik gaya hidup, gengsi dan trend menentukan 'siapa diri' semakin dipandang sebagai pilihan dan bukan lagi dikritisi. Sehingga, demi kepentingan diri, orang tidak lagi merasa takut untuk mengkorupsikan banyak hal yang bukan haknya; juga demi rasa 'aman', orang tidak segan menjual sesama, harga diri dan iman. Dan ketika semua teladan yang diharapkan tidak ditemukan selain kemunafikan, kesucian agama hanya sebagai selubung penipuan belaka. Praktek ritual keagamaan hanya demi dilihat sesama manusia dan sebatas tampilan diri untuk dilihat dan dipamerkan.

Di lain sisi, siapa yang mau hidup susah? Menderita? Hidup dalam dan dengan keadaan yang serba sulit? Sakit dan dianggap tidak ada harga? Dilecehkan dan terhina? Semua ini menjadi taruhan bagi iman. Karena kenyataan-kenyataan hidup tersebut, ketahanan iman bisa menjadi goyah, kemurnian iman bisa menjadi luntur, kebanggaan iman bisa menjadi kabur bahkan menjadi tidak berarti sama sekali. Ini terbukti saat diri merasa sendiri dan terhimpit-terjepit-tersudutkan. Tetapi ingatlah bahwa ketika semua jalan telah terasa tertutup dan buntu, iman kita sedang ditantang, untuk didewasakan dan dimatangkan.

Jujur Pada Diri Sendiri

Oleh. R.Budi Hartono

Problem Manusia adalah dirinya sendiri. Secara umum, kita lebih nyaman dengan pembenaran, yang salah dibenarkan.Bila dilanjutkan akan merusak diri sendiri.
Yang sulit, melihat sesuatu dari sisi kebenaran, salah katakan salah. Akuilah kesalahan dengan jujur, Setelah berada di titik nol, dengan ikhlas menerima kekurangan diri, maka begitu kita berani melakukan "kebenaran" itu, selesalah masalahnya.

Cinta,Keromantisan dan Monogami

Oleh. R.Budi Hartono

Dengan memikul tangung jawab atas reaksi-reaksi dan tindakan-tindakan kita dalam suatu hubungan, kita dapat sungguh-sungguh memberi dan menerima cinta dengan berhasil. Tampa suatu kesadaran tentang bagaimana secara khusus pasangan kita membutuhkan cinta, barangkali kita melewatkan peluang-peluang yang amat berharga.

Kaum wanita merasa disayangi terutama bila mereka menerima dukungan emosional dan fisik yang mereka butuhkan dari suami mereka. Tidak terlalu masalah apa yang diberikan suaminya asal dia melakukan terus menerus. Seorang wanita merasa disayangi bila dia merasa cinta seorang pria itu konsisten.

Ketika seorang pria tidak memahami wanita, dia cederung memusatkan perhatiannya pada upaya-upaya besar untuk memuaskan si wanita sesaat tetapi kemudian akan mengabaikannya selama berminggu-minggu/berbulan-bulan. Sementara komunikasi yang baik memberikan landasan yang sehat untuk komunikasi hubungan penuh kasih saying, keromatisan/percintaan merupakan hidangan penutupnya. Jalan menuju hati seorang wanita adalah melakukan sejumlah besar hal kecil baginya secara terus-menerus.

Berikut ini daftar pendek saya* tentang dua puluh hal yang telah teruji yang dapat dilakukan oleh seorang suami untuk menciptakan keromantisan, yakni;

  1. Belilah kartu-kartu ucapan untuknya atau tulislah sebuah pesan.
  2. Bawakan bunga untuknya.
  3. Belikan coklat untuknya.
  4. Bawalah pulang kejutan-kejutan kecil yang mengatakan bahwa anda memikirkan sewaktu anda tidak dirumah.
  5. Peluklah dia kadang-kadang.
  6. Bersikaplah penuh kasih saying di saat anda tidak ingin melakukan sek.
  7. Nyalakanlah sebatabg lilin pada saat makan malam atau di ruang tidur.
  8. Putarkan musik kesukaannya.
  9. Perhatikan apa yang dia kenakan dan berikanlah pujian.
  10. Perhatikan makanan/masakan dan restoran yang dia sukainya.
  11. Rencanakan kencan jauh-jauh hari.
  12. Matikan suara TV pada saat iklan dan berbicaralah pada istri anda dari pada mencari saluran lain.
  13. Pandanglah dia saat berbicara.
  14. Jangan menyelanya atau melengkapi kalimat-kalimatnya.
  15. Perhatikan kapan dia marah dan tawarkan pelukan anda untuknya.
  16. Tolonglah dia bila lelah.
  17. Bantulah dia membereskan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga.
  18. Teleponlah dia bila anda pulang terlambat.
  19. Teleponlah dia sekedar untuk mengatakan aku mncintaimu.
  20. Rencanakan perayaan-perayaan kecil dan lakukanlah sesuatu yang berbeda.

Selamat mencoba…………………….

*Pengalaman pribadi saya R.Budi Hartono

Mengapa Pria Begitu Asyik dengan Pekerjaan

Oleh. R.Budi Hartono


Apabila seorang pria mengalami stress karena memikirkan bahwa keluarganya tidak bahagia, secara naluriah dia lebih memusatkan perhatian untuk berhasil di tempat kerja. Dia memusatkan perhatian pada tempat kerja sebegitu rupa sehingga tidak menyadari beberapa lama dia meinggalkan rumah. Baginya waktu barangkali belalu sangat cepat, tetapi bagi istri yang menunggunya pulang kerumah waktu berjalan amat lambat. Suami tidak menyadari bahwa dizaman modern, kehadiran dirumah sekurang-kurangnya sama pentingnya bagi si-istri dengan keberhasilan di tempat kerja.

Semakin banyak tekanan kerja yang dialami seorang pria, semakin dia memutuskan perhatian untuk memecahkan masalah-masalah. Pada sat-saat macam itu, sangatlah sulit melepaskan diri dari masalah tersebut dan memberikan seluruh perhatiannya pada hubungan. Dia menjadi begitu terserap oleh pekerjaan dan masalah sehingga melupakan segala sesuatu yang lain dan secara tidak sadar mengabaikan istri dan keluarganya.

Seolah-olah dia melihat melalui sebuah terowongan dan melihat apa yang relevan atau bermanfaat untuk mencapai sasarannya. Dia tidak menyadari bahwa dirinya tidak lagi mendengarkan dan menanggapi orang yang di cintainya karena dia begitu terpusat pada penyelesaian masalah. Pada saat-saat semacam itu, untuk sementara dia melupakan apa yang sungguh-sungguh penting baginya. Dia tidak menyadari bahwa dirinya tengah menyingkirkan orang yang paling dia cintai(anak dan istri).

Apakah saudara begitu……………………. kita dapat merenungkan sendiri-sendiri.

Trauma Psikis dimasa Kanak-kanak

Oleh. R.Budi Hartono

Trauma yang terjadi di usia dini akan memiliki dampak bersar di usia dewasa. Banyak orang yang pernah mengalami pengalaman traumatis yang untuk sementara waktu sempat menghancurkan rasa aman, rasa percaya diri serta harga diri mereka.

Berbagai pengalaman traumatis itu dikemudian hari akan mempengaruhi penilaian anak terhadap diri mereka sendiri maupun lingkingan mereka. Trauma-trauma ini meninggalkan luka psikologis yang tidak pernah sembuh sepenuhnya. Karena itulah ada orang-orang tertentu yanag bias merasakan sangat tertekan menghadapi suatu masalah tertentu, sementara masalah tersebut tidak terlalu menekan bagi orang lain.

Trauma yang terjadi diusia dini memiliki banyak dampak yang lebih besar dari pada yang terjadi di usia yang lebih besar(dewasa), karena evaluasi kritis, refleksi dan pertahanan diri belum berkembang dengan baik pada masa kanak-kanak.

SEPULUH PEDOMAN PENGEMBANGAN PRILAKU ANAK*

  1. Anak yang selalu mendapat dukungan, akan mengembangkan rasa percaya diri.
  2. Anak yang diajar bertolenransi, akan belajar bersabar.
  3. Anak yang selalu menerima kritikan, akan belajar untuk selalu menyalahkan.
  4. Anak yang hidup ditengah ejekan,akan menjadi pemalau.
  5. Anak yang hidup dilingkungan yang penuh rasa permusuhan, akan belajar berkelahi.
  6. Anak yang sering menerima pujian, akan belajar untuk menghargai.
  7. Anak yang hidup dalam rasa malu/aib, belajar merasa bersalah.
  8. Anak yang hidup dengan rasa aman, belajar untuk mempercayai.
  9. Anak yang memperoleh pengakuan, belajar menyukai diri mereka sendiri.
  10. Anak yang merasa diterima dalam hidupnya, belajar mendapatkan cinta.
*Psikologi anak Your kids better

Prilaku Orang Tua dalam Perkembangan anak

R.Budi Hartono


Hasil penelitian bidang biologi dan ilmu-ilmu social terahir ini sangat membantu kita memahami berbagai penyebab timbulnya perilaku abnormal manusia. Penyebab perilaku abnormal terutama disebabkan oleh kesalahan dalam perkembangan perilaku, stress yang hebat atau kombinasi keduanya.

Kalau seorang anak menyerap nilai-nilai kriminal, ia bias menjadi kriminal karena perkembangan yang salah. Perkembangan yang salah inilah yang merupakan penyebab utama timbulnya tanda-tanda keabnormal tingkah laku pada manusia. Penyesuaian diri yang kita kembangkan bersama dengan orang-orang disekeliling kita senatiasa dipengaruhi oleh dua hal, yaitu perkembangan kepribadian kita dan oleh berbagai tingkat stress yang kita hadapi. Setiap hal yang membawa kita pada perkembangan kepribadian yang salah atau meningkatkan stress, bias menciptakan masalah.

Bila seorang mampu menangulangi secara efektif berbagai situasi yang menekannya, maka kecemasan akan hilang. Namun bila kecemasan dan stress berlanjut, tindakan yang akan diambil individu itu biasanya mengarah keberbagai mekanisme untuk mempertahankan ego, seperti menyangkal dan pembenaran diri. Ini bisa berakibat berkurangnya intergrasi dan timbulnya perilaku tidak bisa menyesuaikan diri. Proses bela diri menimbulkan ketimpangan antara realitas dan kemampuan individu itu. Ingalah pelajaran yang salah merupakan penyebab utama perilaku yang salah*

*H.Datt Sharma "Peace of Mind Mission"New Delhi

Rabu, 09 Januari 2008

Internet Jadi Asisten

R.Budi Hartono

Zaman ekarang ini teknologi sudah sangat berkembang. Tak hanya di negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, maupun Jerman saja. Kemajuan teknologi ini juga dapat dirasakan di Indonesia, termasuk di pedalaman Sumatera selatan(pematang panggang). Salah satunya adalah masuknya internet.

Kalian pasti pernah mendengar istilah internet kan? Bahkan, sebuah iklan di televisi juga menayangkan masuknya internet di sekolah-sekolah, bahkan hingga ke desa.

Mungkin sebagian dari kita sudah tahu cara mengoperasikan atau membuka internet. Terlebih lagi bagi yang hobi bermain game online melalui internet.

Selain itu, di internet juga banyak lho bisa membantu kita untuk dapat meningkatkan atau membantu yakni;
  • kwalitas hidup/ekonomi untuk para petani. Misalnya, kita dapat mencari tahu tentang informasi cara budidaya yang benar dan tepat untuk daerah kita,harga dan stok persediaan bibit maupun obat obatan,melihat harga komoditi yang kita hasilkan sesuai yang ditetapkan oleh pemerintah,dll.
  • Membantu para pelajar dalam belajar, misalnya, kita mendapatkan tugas dari ibu atau bapak guru tentang struktur tanaman. Kita sudah mencari tugas tersebut di semua buku yang ada.Namun, ternyata tetap tidak ditemukan. Nah, untuk membantu melancarkan tugas kita, kita bisa mencari di internet. Di internet banyak sekali situs-situs atau website tentang tumbuhan. Kita bisa mencari sepuasnya dan selengkapnya.Begitu pula saat kita mendapatkan tugas kliping dari guru di sekolah. Tentunya kita ingin membuat kliping yang sangat bagus dan menarik. Gambar-gambarnya berwarna dan isi kliping lengkap serta mudah dibaca. Di internet, kita bisa mendapatkan berbagai gambar yang dibutuhkan untuk membuat kliping.
Nah, tidak ada salahnya mulai sekarang kita belajar mengunakan internet. Tapi ingat, jangan sembarangan membuka website, nantinya malah tidak ada manfaatnya untuk kita,kita hidup dipedalaman dengan akses transpotasi yang sangat sulit tapi tidak menutup kemungkinan untuk melihat dunia.

Hendaknya kita sebagai nanusia apabila mau maksimal dengan kondisi ekonomi kita yang sangat minim, kita dapat menerapkan cara hidup yakni; kita mempunyai gaya hidup lokal tetapi pola pikir gelobal, nantinya kita bisa merasa hidup lebih hidup. selamat mencoba.......................

Selasa, 08 Januari 2008

Bisnis dan investasi baru,ramai-ramai bikin partai politik

R.Budi Hartono

Ramainya suara yang selalu membawa dan mengangkat derita dan aspirasi rakyat kecil banyak di suarakan oleh pelaku sepekulan politik, dinamika partai politik di Indonesia ini tampaknya membenarkan tesis hutington. Dia berpandangan, pembangunan politik, mesti melingkupi tiga aspek penting, yakni rasionalisasi kekuasaan, diferensiasi struktur, dan partisipasi massa*.

Mampukah Pemilu yang akan datang (2009) dapat menghasilkan perubahan mendasar dalam pembangunan politik di negeri ini, yang mencakup ketiga aspek penting di atas? Jawabnya tentu sejauh mana aturan main baru yang saat ini sedang dipersiapkan oleh para elite nasional yang sarat kepentingan tersebut dapat memihak kepada kepentingan tatanan kebangsaan yang lebih besar.

Dalam konteks ini, hampir semua kalangan intelektual yang masih berakal sehat memiliki pandangan yang sama bahwa penyederhanaan partai politik sebagai keniscayaan. Jika sistem proporsional tetap ingin dilestarikan dan kinerja partai politik ingin dimaksimalkan, bahwa sistem multi partai hendaknya semakin sederhana secara jumlah dan lebih kompetitif secara idiologis.

Untuk menyederhanakan jumlah sekaligus kompetitif secara idiologis, kita paling tidak mengambil strategi atau kebijaksanaan, minimal tiga langkah,yakni;
  • memberlakukan ketentuan ambang batas minimum perolehan suara untuk membatasi jumlah peserta pemilu.
  • pengaturan secara jelas dan transparan di dalam UU mengenai penggabungan partai sebelum pemilu dan koalisi partai sesudah pemilu (membingkai jumlah sekaligus idiologis).
  • ketentuan wajibsetor (deposit) dana sejumlah tertentu bagi partai-partai baru yang ingin menjadi peserta pemilu. Jika partai yang bersangkutan dapat memeroleh suara minimal setara ambang batas perolehan, maka dana tersebut dikembalikan. Sebaliknya, jika gagal meraih dukungan minimal tersebut, maka dana tersebut menjadi milik Negara.

Ketentuan ini akan merubah pandangan masyarakat awam politik, bahwa orang-orang berebut mendirikan partai karena untuk mencari hidup. Dapatkan realita ini diikhlaskan oleh para elite partai itu sendiri? Jika benar-benar tulus ingat rakyat,sebab semuanya itu apa bila kita meletakan pada moral sebagai landasan dalam melangkah maupun bertidak kita mempunyai tangung jawab terhadap rakyat dan Tuhan.

*hutington (2004:43)

Minggu, 06 Januari 2008

Solusi Permasalah Bangsa Dalam Islam

Islam mempunyai solusi yang jelas untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang menyangkut kehidupan manusia, termasuk memenuhi kebutuhan pokok. Dalam ekonomi Islam, negara bertanggung jawab penuh untuk memenuhi kebutuhan pokok setiap individu rakyat seperti sandang, pangan dan papan. Setiap warga negara juga diwajibkan untuk bekerja, terutama kaum laki-laki. Jika pekerjaan tidak ada, maka negaralah yang memberi pekerjaan dan memberi bantuan tanpa jaminan apapun. Hal ini bisa kita dapati dalam sejarah Khilafah Islamiyah, tatkala Umar bin Khaththab menjumpai dua orang yang sedang berdo'a di dalam masjid tanpa bekerja. Lalu Umar bin Khaththab menyuruh mereka keluar dari masjid dengan memberikan setakar biji-bijian sambil berkata, "Tanamlah dan bertawakalah kepada Allah".

Dari peristiwa di atas Imam Al Ghazali mengatakan bahwa wajib atas Waliyul Amri (pemerintah) memberikan dan menyediakan sarana pekerjaan kepada pencari kerja. Menciptakan lapangan kerja adalah kewajiban negara dan merupakan bagian dari tanggung jawabnya terhadap pemeliharaan dan pengaturan urusan rakyatnya. Jika masih dijumpai rakyat yang belum memperoleh pekerjaan, sementara ia harus menanggung biaya hidup keluarganya maka negara wajib menanggungnya. Inilah point pertama dari sistem ekonomi Islam tentang pemenuhan kebutuhan pokok rakyatnya.

Kedua, mengedarkan/memutar harta ke seluruh lapisan masyarakat. Salah satu penyebab kesenjangan ekonomi sekarang adalah menumpuknya harta pada golongan orang kaya saja atau beredar di kawasan tertentu. Ketiga, larangan untuk menimbun uang dan harta yang menyangkut kebutuhan pokok (beras, gandum, gula, minyak dan sebagainya). Keempat, diharamkannya aktivitas riba dan sektor ekonomi non real. Kelima, standarisasi penggunaan mata uang emas (dinar) dan perak (dirham) dalam aktivitas jual beli dan investasi. Keenam, pemberantasan KKN, perjudian, pelacuran, monopoli perdagangan dan aktivitas lain yang bukan bersumber dari pendapatan yang halal dan yang ketujuh, larangan eksploitasi dan eksplorasi sumber daya alam milik umat oleh pihak asing (Fuad, 2003).

Berdasarkan prinsip-prinsip Islam di atas, seharusnya pemerintah segera melaksanakan tujuh point penting tersebut. Wajib disadari, bahwa keterbelakangan dan kemunduran yang menimpa bangsa kita adalah karena diterapkannya sistem ideologi kapitalis yang telah menggerogoti sendi-sendi perekonomian bangsa. Dengan alasan mendapatkan pemasukan sumber keuangan yang besar, badan-badan usaha milik pemerintah yang potensial justru diprivatisasi sementara roda perekonomian disetir oleh IMF dan Bank Dunia. Mata uang dollar diagung-agungkan sementara nilai tukar rupiah kita terus menerus ditekan. Berbagai jenis tambang yang amat potensial (emas, perak, batubara, minyak, nikel, timah, gas) terus menerus dijarah tanpa kuasa kita menghentikannya, sementara hutan kita terus menerus dirampok dan dirusak tangan-tangan yang lapar akan harta benda.

Sebagai solusi menyeluruh atas problematika yang menimpa bangsaIndonesia, tidak ada jalan lain kecuali menerapkan syari'at Islam di seluruh persada nusantara. Tidakkah kita harus belajar dari sejarah, bagaimana selama hampir 1300 tahun ajaran Islam mampu bertahan dengan kokohnya. Kapankah kita akan mendapai rakyat negeri ini, tidak ada lagi orang yang berhak menerima zakat dan sedekah karena mereka telah tercukupi segala kebutuhannya? Akankah kejayaan perekonomian Khalifah Umar bin Abdul Aziz terulang lagi? Wallahu'alam bi shawab.

*Kiriman Dari feno widodo,anak Transmigrasi Pematang Panggang

Derita kita hidup dinegeri ini

R.Budi Hartono

Pemenuhan kebutuhan pokok merupakan persoalan teramat penting bagi kehidupan manusia. Terlebih lagi kebutuhan tersebut merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi bagi kelangsungan hidup manusia. Ada tiga kebutuhan pokok mendasar yang perlu dimiliki oleh setiap orang yaitu, sandang, pangan dan papan. Ketiga kebutuhan pokok ini mempunyai peranan yang sangat vital, dan keberadaannya harus senantiasa tersedia sepanjang waktu. Jika, salah satu unsur kebutuhan pokok tersebut tidak ada atau hilang maka akan terjadi ketimpangan dalam proses kehidupan ini. Kita bisa menyaksikan dibelahan bumi ini, bagaimana para penduduk Sudan yang kehilangan rumah dan harta benda mereka. Ada sesuatu yang hilang dari kehidupan mereka, meskipun sandang dan pangan tercukupi. Namun, satu mata rantai telah hilang dari kehidupan penduduk Sudan dan sangat berdampak pada kehidupan mereka.

Sebenarnya contoh kasus tersebut merupakan gambaran yang kerap terjadi di negara kita, Indonesia. Hanya saja, kasus yang terjadi di Sudan merupakan akibat dari konflik yang terjadi antara dua pihak yang bertikai. Sementara di Indonesia, kasus seperti itu sudah tidak nampak lagi, sejak konflik di beberapa daerah telah mereda. Kasus yang menimpa masyarakat kita-terutama dalam kebutuhan pokok- sekarang adalah adanya bencana seperti kebakaran, kekeringan,kebanjiran, kekurangan pangan, dan kegagalan panen. Intinya, dari tiga kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, ada salah unsur yang mulai hilang dari kebutuhan sebagian warga negara di republik ini. Kebakaran misalnya, telah mengakibatkan kebutuhan akan papan (rumah) menjadi hilang dari bagian kehidupan masyarakat kita. Dampaknya tentu akan sangat besar terhadap upaya mereka mencari nafkah dan mencukupi kebutuhan bagi anggota keluarganya. Sedangkan bagi mereka yang berprofesi sebagai petani, gagal panen merupakan ancaman yang serius dari kelangsungan hidup, terutama untuk kehidupan ekonomi mereka.

Selama ini, peran negara dalam menyediakan kebutuhan pokok bagi rakyatnya boleh dikatakan "belum menunjukkan perhatian yang serius". Kita dapat melihat setiap hari tayangan di media massa, bagaimana aparat pemerintah menggusuri rumah rakyat, membongkar paksa dan mengusir mereka tanpa manusiawi. Jawaban pemerintah sangat menusuk hati rakyat, mereka mengatakan rakyat tidak berhak atas tanah tersebut, bahkan mereka mengklaim tanah tersebut milik negara. Di Lampung (zaman orde baru), rakyat diusir dengan kasar oleh aparat pemerintah karena dianggap mendiami tanah negara, padahal beberapa hari lagi kebun kopi yang mereka usahakan akan dipanen. Pohon kopi yang dipenuhi dengan buah-buahnya yang memerahpun tidak luput dari tangan-tangan yang tega merusaknya dengan membabi buta.

primer Saat penderitaan rakyat di Teluk Buyat telah mencapai titik yang mengenaskan, pemerintah justru menyalahkanpertambangan rakyat yang dianggap sumber pencemaran lingkungan. Nurani kemanusiaan telah tertutupi denganinvestasi PT. Newmont Minahasa Raya yang menguras sumber daya alam, tetapi memberikan luka yang dalam bagimasyarakat diTeluk Buyat. Negara selalu menyalahkan korbannya (blame the victim) dalam setiap ada persoalan. Dengan memberikan jawaban 'blame the victim' negara seolah berlepas dari tanggungjawabnya sebagai pelayanmasyarakat. Hal ini tidak saja terjadi pada persoalan-persoalan kebutuhan pokok, namun juga pada pendidikan, kesehatan, layanan publik, dan sebagainya. Setiap orang harus berupaya sendiri membiayai pendidikananak-anaknya, memberi nafkah keluarga, dan membiayai untuk anggota keluarga mereka yang sakit. Dengan kondisiperekonomian yang demikian sulit, jangankan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekunder, untuk kebutuhansaja sudah sangat susah. Fenomena seperti ini hampir terjadi di setiap negara yang menjalankan sistemideologi kapitalisme. Dalam ideologi ini, peran negara dikurangi, sementara peran rakyat diperbesar. Slogan yang cukup dikenal yaitu, "Jangan memikirkan apa yang telah negara berikan kepadamu tetapi pikirkanlah apa yang telahengkau berikan pada negara", nampaknya benar-benar menjadi kenyataan pahit.



Jumat, 04 Januari 2008

Orang kecil yang mau belajar

R.Budi Hartono

Saya sebagai manusia kadang mempunyai harapan dan impian, tapi di disini saya kadang terbentur dengan keterbatasan pengetahuan maupun pemahaman suatu masalah, dalam kehidupan sehari-hari saya isi kehidupan saya dengan keluhan tapi tidak pernah jelas kepada siapa saya tujukan,dalam merenung saya temukan suatu jawaban mengapa tidak saya mulai belajar dalam menyosong kehidupan, kalau orang lain bisa mengapai harapan dan impianya, mengapa saya tidak.
Maka saya mulailah hari-hari saya belajar bagaimana memaknai hidup dengan harapan dan impian yang dapat saya wujudkan,untuk semua itu saya lakukan dengan kerja keras dengan tujuan saya harus bisa dan selalu berusaha, walau saya sadari saya sebagai orang kecil dihadapan Tuhan maupun di tengah-tengah masyarakat.
Walaupun sampai sekarang saya belum bisa merasakan harapan dan impian saya secara nyata dalah kehidupan ini, tapi paling tidak saya sudah berusaha untuk memulai mencapai semua Harapan dan impian saya. Mungkin untuk orang lain kalau melihat masalah saya, kelihatan sangat sederhana.
Google